Selasa, 21 April 2015

RESENSI BUKU

JUDUL RESENSI :
KARTINI DAN EMANSIPASI BANGSA
IDENTITAS BUKU
Oleh : Willy Al Yoga ( Admin PBG Tuban )
Judul Buku       : Emansipasi, Surat-surat kepada Bangsanya 1899-1904
Penerjemah     : Sulastin Sutrisno
Penerbit           : Jalasutra
Cetakan           : I, Yogyakarta 2014
Tebal               : xxvii + 578 Halaman
ISBN                : 978-602-8252-96-6

ULASAN BUKU
Membaca Kartini dalam buku ini, kita akan mendapat banyak pencerahan terhadap sosok tangguh yang selalu diperingati setiap  April oleh bangsanya. Buku terjemahan Door Duisternis Tot Licht ini,  pertama kali terbit dengan judul Surat-surat Kartini : Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya, 1979, Jakarta: penerbit Djambatan.
 Sebagai anak priayi yang terkungkung adat feodalisme dan kolonialisme ia memberontak. Pembebasan lewat ide yang dituangkan kepada sahabat-sahabatnya di seberang, ia tempuh. Mulai Zeehandelaar, Nyonya Ovink-Soer, Tuan dan Nyonya R.M. Abendanon-Mandri, dan banyak lagi yang lain. Semua pendapat tentang hak, kekayaan budaya bangsanya, pandangan tentang kemajuan, sampai ketidaksetujuan terhadap sikap Bangsa Eropa juga berani ia kemukakan. Tak berlebihan jika dari hasil baca surat-suratnya, kita mendapati contoh ketangguhan seorang perempuan Jawa (Indonesia) yang multitalenta. Ia seorang pemikir, penulis, seniman dan juga penebar kasih sayang pada sesama.
Surat yang tersusun apik mulai 25 Mei 1899 hingga 7 September 1904 itu tak ada yang dihilangkan atau diringkas sesuai yang dikumpulkan R.M. Abendanon-Mandri. Surat pertama ia tujukan kepada nona E.H. Zeehandelaar ( Kartini selalu menyebutnya Stella). Surat yang berlembar-lembar itu banyak berisi luapan keinginan untuk saling bertukar pikiran. Diantaranya tentang kebebasan dan kritik terhadap Peradaban Barat tentang candu, minuman keras, dan madat. Tak canggung pula ia ungkapkan cita-cita besar dalam hal pendidikan kepada sahabat barunya tersebut. Begitupun juga surat-surat kepada sahabat-sahabat lain.
Dari surat-suratnya kita tahu bahwa Kartini adalah manusia biasa. Dengan segala keterombang-ambingannya ia menginginkan perubahan dan kemajuan. Jalan penuh liku diterjangnya. Tak jarang halangan justru datang dari keluarga dan orang-orang yang dibelanya. Di awal perjuangannya, hanya sang ayah dan seorang kakak lelakinya yang sangat mengerti dan mendukung Kartini. Jalan  pendidikan dan pengajaran ia tempuh. Ia pun yakin semua akan tercapai, tapi belum tahu kapan waktunya. Semuanya dimulai dari pendidikan perempuan. Perempuan sebagai pendidik pertama bagi generasinya.  Melalui Nota kepada pemerintah tertanggal 19 April 1903, Kartini dan Roekmini (adiknya) memperjuangkan pendidikan perempuan, juga pendidikan Bangsanya.
Usaha keras yang telah membuahkan hasil untuk belajar di Belanda dan Betawi tidak diambilnya.  Ia memilih untuk segera mulai berjuang dalam dunia pendidikan, merintis sekolah bersama Roekmini. Semua itu juga ada pengaruh bujukan Abendanon untuk tidak meninggalkan Bangsanya. Alasannya, nanti akan kesulitan mencapai cita-cita akibat anggapan negatif bangsa sebagai orang asing. Kartini telah menetapkan pilihan untuk menjadi istri Bupati Rembang. Ia bertekat  bersama sang suami yang mempunyai pandangan dan cita-cita yang sama ia akan melanjutkan cita-citanya. Namun takdir menghentikannya setelah kurang lebih setahun kebersamaan dengan suami, keluarga, dan anak pertamanya (R.M. Soesalit) yang baru berusia 4 hari.
Buku ini merupakan kumpulan surat-surat Kartini yang dilengkapi pikiran yang dikutip dari surat-surat yang tidak diumumkan. Dilengkapi dengan nota kepada pemerintah tentang pendidikan dan artikel bertajuk “Berilah Orang Jawa Pendidikan”, semakin menajamkan perjuangan Kartini terhadap emansipasi. Emansipasi perempuan dan emansipasi bangsa melalui pendidikan. Dari segi penerjemahannya, Sulastin diberi kepercayaan oleh kementerian Cultuur Recreatie en Maatschappelijk Werk di Den Haag atas saran Drs. Rob Nieuwenhuys dan melalui kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta untuk menerjemahkan dokumen penting tersebut. Begitu juga interaksi penerjemah dengan orang-orang yang dekat dan mengetahui riwayat hidup Kartini serta sahabat-sahabat penanya, menjadikan buku ini lebih berkualitas.
Kemudahan informasi yang disampaikan juga karena didukung penggunaan bahasa dan penyesuaian dengan konteks kekinian. Dengan Bahasa Indonesia yang komunikatif, Bangsa “Jawa” diganti dengan “bangsanya” karena sebenarnya yang didamba Karrtini adalah kemajuan seluruh bangsa Indonesia. Buku ini juga cocok dibaca oleh berbagai  kalangan mulai remaja, ilmuwan, seluruh bangsa yang menghargai sejarah dan perjuangan. Kalimat-kalimat semangat  yang ada sangat bermanfaat bagi pembaca yang ingin mendapat ruh perjuangan Kartini. Semuanya dapat diambil hikmahnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Desain yang formal sedikit menjadi kekurangan karena benar-benar hadir sebagai buku sejarah bak kitab suci bagi kata “emansipasi”. Namun dengan keingingintahuan pembaca, semangat membara Kartini dapat ditangkap mulai dari gambar Kartini dengan segala pernik animasi sampai rangkaian kata yang berwujud ideologi. Dari karya besar ini, kita bisa tahu secara lengkap rekam jejak budaya literasi yang digaungkan Kartini.Tak berlebih juga jika harapan itu dapat berimbas pada setiap generasi hingga kini dan nanti demi kemajuan bangsa.

Jika ingin membaca buku ini anda  dapat menemukannya di Perpustakaan PBG Tuban Jl.Panglima Sudirman 283, dan masih banyak lagi koleksi buku lainnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar