RESENSI BUKU
JUDUL RESENSI :
KARTINI
DAN EMANSIPASI BANGSA
IDENTITAS BUKU
Oleh : Willy Al Yoga ( Admin PBG Tuban )
Oleh : Willy Al Yoga ( Admin PBG Tuban )
Judul Buku :
Emansipasi, Surat-surat kepada Bangsanya 1899-1904
Penerjemah : Sulastin Sutrisno
Penerbit : Jalasutra
Cetakan : I, Yogyakarta 2014
Tebal : xxvii +
578 Halaman
ISBN : 978-602-8252-96-6
ULASAN BUKU
Membaca Kartini dalam buku ini, kita akan
mendapat banyak pencerahan terhadap sosok tangguh yang selalu diperingati
setiap April oleh bangsanya. Buku terjemahan
Door Duisternis Tot Licht ini,
pertama kali terbit dengan judul Surat-surat Kartini : Renungan Tentang
dan Untuk Bangsanya, 1979, Jakarta: penerbit Djambatan.
Sebagai anak priayi yang terkungkung adat
feodalisme dan kolonialisme ia memberontak. Pembebasan lewat ide yang
dituangkan kepada sahabat-sahabatnya di seberang, ia tempuh. Mulai
Zeehandelaar, Nyonya Ovink-Soer, Tuan dan Nyonya R.M. Abendanon-Mandri, dan
banyak lagi yang lain. Semua pendapat tentang hak, kekayaan budaya bangsanya,
pandangan tentang kemajuan, sampai ketidaksetujuan terhadap sikap Bangsa Eropa
juga berani ia kemukakan. Tak berlebihan jika dari hasil baca surat-suratnya,
kita mendapati contoh ketangguhan seorang perempuan Jawa (Indonesia) yang
multitalenta. Ia seorang pemikir, penulis, seniman dan juga penebar kasih
sayang pada sesama.
Surat yang tersusun apik mulai 25 Mei
1899 hingga 7 September 1904 itu tak ada yang dihilangkan atau diringkas sesuai
yang dikumpulkan R.M. Abendanon-Mandri. Surat pertama ia tujukan kepada nona
E.H. Zeehandelaar ( Kartini selalu menyebutnya Stella). Surat yang
berlembar-lembar itu banyak berisi luapan keinginan untuk saling bertukar
pikiran. Diantaranya tentang kebebasan dan kritik terhadap Peradaban Barat
tentang candu, minuman keras, dan madat. Tak canggung pula ia ungkapkan cita-cita
besar dalam hal pendidikan kepada sahabat barunya tersebut. Begitupun juga
surat-surat kepada sahabat-sahabat lain.
Dari surat-suratnya kita tahu bahwa Kartini
adalah manusia biasa. Dengan segala keterombang-ambingannya ia menginginkan
perubahan dan kemajuan. Jalan penuh liku diterjangnya. Tak jarang halangan
justru datang dari keluarga dan orang-orang yang dibelanya. Di awal
perjuangannya, hanya sang ayah dan seorang kakak lelakinya yang sangat mengerti
dan mendukung Kartini. Jalan pendidikan
dan pengajaran ia tempuh. Ia pun yakin semua akan tercapai, tapi belum tahu
kapan waktunya. Semuanya dimulai dari pendidikan perempuan. Perempuan sebagai
pendidik pertama bagi generasinya.
Melalui Nota kepada pemerintah tertanggal 19 April 1903, Kartini dan
Roekmini (adiknya) memperjuangkan pendidikan perempuan, juga pendidikan
Bangsanya.
Usaha keras yang telah membuahkan
hasil untuk belajar di Belanda dan Betawi tidak diambilnya. Ia memilih untuk segera mulai berjuang dalam
dunia pendidikan, merintis sekolah bersama Roekmini. Semua itu juga ada
pengaruh bujukan Abendanon untuk tidak meninggalkan Bangsanya. Alasannya, nanti
akan kesulitan mencapai cita-cita akibat anggapan negatif bangsa sebagai orang
asing. Kartini telah menetapkan pilihan untuk menjadi istri Bupati Rembang. Ia
bertekat bersama sang suami yang
mempunyai pandangan dan cita-cita yang sama ia akan melanjutkan cita-citanya. Namun
takdir menghentikannya setelah kurang lebih setahun kebersamaan dengan suami,
keluarga, dan anak pertamanya (R.M. Soesalit) yang baru berusia 4 hari.
Buku ini merupakan kumpulan surat-surat Kartini yang
dilengkapi pikiran yang dikutip dari surat-surat yang tidak diumumkan.
Dilengkapi dengan nota kepada pemerintah tentang pendidikan dan artikel
bertajuk “Berilah Orang Jawa Pendidikan”, semakin menajamkan perjuangan Kartini
terhadap emansipasi. Emansipasi perempuan dan emansipasi bangsa melalui
pendidikan. Dari segi penerjemahannya, Sulastin diberi kepercayaan oleh
kementerian Cultuur Recreatie en Maatschappelijk Werk di Den Haag atas saran
Drs. Rob Nieuwenhuys dan melalui kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta
untuk menerjemahkan dokumen penting tersebut. Begitu juga interaksi penerjemah
dengan orang-orang yang dekat dan mengetahui riwayat hidup Kartini serta
sahabat-sahabat penanya, menjadikan buku ini lebih berkualitas.
Kemudahan informasi yang disampaikan juga karena
didukung penggunaan bahasa dan penyesuaian dengan konteks kekinian. Dengan
Bahasa Indonesia yang komunikatif, Bangsa “Jawa” diganti dengan “bangsanya”
karena sebenarnya yang didamba Karrtini adalah kemajuan seluruh bangsa
Indonesia. Buku ini juga cocok dibaca oleh berbagai kalangan mulai remaja, ilmuwan, seluruh
bangsa yang menghargai sejarah dan perjuangan. Kalimat-kalimat semangat yang ada sangat bermanfaat bagi pembaca yang
ingin mendapat ruh perjuangan Kartini. Semuanya dapat diambil hikmahnya untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Desain yang formal sedikit menjadi kekurangan karena
benar-benar hadir sebagai buku sejarah bak kitab suci bagi kata “emansipasi”.
Namun dengan keingingintahuan pembaca, semangat membara Kartini dapat ditangkap
mulai dari gambar Kartini dengan segala pernik animasi sampai rangkaian kata yang
berwujud ideologi. Dari karya besar ini, kita bisa tahu secara lengkap rekam
jejak budaya literasi yang digaungkan Kartini.Tak berlebih juga jika harapan
itu dapat berimbas pada setiap generasi hingga kini dan nanti demi kemajuan
bangsa.
Jika ingin membaca buku ini anda dapat menemukannya di Perpustakaan PBG Tuban Jl.Panglima Sudirman 283, dan masih banyak lagi koleksi buku lainnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar